Selasa, 09 Agustus 2011

Museum Sri Baduga Bandung


Sekilas tentang Museum Sri Baduga
Tahap pertama pembangunan museum ini diselesaikan pada tahun 1980, lalu diresmikan pada tanggal 5 Juni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daud Yusuf yang memberinya nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat.
Areal museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 ini dibagi menjadi dua bagian; wilayah publik atau public area (mencakup gedung pameran dan auditorium) dan wilayah bukan publik atau non public area (mencakup ruang perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi serta Kelompok Kerja Koleksi yang termasuk di dalamnya Gedung Penyimpanan Koleksi).
Sepuluh tahun kemudian, nama museum ini dilengkapi dengan nama “Sri Baduga” yang diambil dari nama seorang raja Sunda yang bertahta di Pakwan Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi. Nama raja tersebut tertuang dalam prasasti Batutulis (Bogor) sebagai SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI I PAKWAN PAJAJARAN SRI RATU DEWATA.
Sebagai sebuah Museum umum dengan beragam koleksi dari bidang Geologi, Biologi, Etnografi, Arkeologi, dan Sejarah, juga Numismatika/Heraldika, Filologi, Keramik, serta Seni Rupa dan Teknologi, museum ini mencatat tidak kurang dari 5.367 buah koleksi yang dimiliki; koleksi terbanyak berasal dari rumpun ilmu Etnografi yang berhubungan dengan benda-benda budaya daerah. Koleksi-koleksi yang dimiliki tidak terbatas pada bentuk realia (asli) saja, tetapi juga dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, foto, dan maket. Benda-benda koleksi tersebut selain dipamerkan dalam pameran tetap, juga didokumentasikan dengan sistem komputerisasi dan disimpan di gudang penyimpanan koleksi.
Untuk lebih meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap museum, berbagai kegiatan telah diselenggarakan di museum ini, baik yang bersifat kegiatan mandiri maupun kerjasama kegiatan yang bersifat lintas sektoral dengan berbagai instansi pemerintah, swasta, maupun asing. Contoh kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyelenggaraan pameran temporer, pameran keliling, pameran bersama dengan museum-museum dari berbagai propinsi, berbagai macam lomba tingkat pelajar, ceramah, seminar, lokakarya, dan lain-lain.
Mengingat perkembangan peran dan fungsi museum sebagai sebuah tempat atau wahana dalam menunjang pendidikan, menambah pengetahuan, dan rekreasi; Museum Negeri “Sri Baduga” Propinsi Jawa Barat melaksanakan renovasi terhadap tata pameran tetap secara bertahap mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, termasuk perluasan ruang pameran baru di lantai tiga.
The second floor includes exhibition of traditional cultural materials in the form of patterns of community life, livelihoods, commerce and transportation, as well as the influence of Islamic and European culture, the history of national struggle, and symbols of the district and cities of West Java.
Pengelompokan area pameran ini dibagi menjadi tiga buah lantai. Lantai satu menampilkan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini, sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat digambarkan dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa Prasejarah hingga zaman Hindu-Buddha.
Lantai dua memuat materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi, juga pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,serta lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, serta keramik asing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar